Friday, May 10, 2013

"The Man In The Arena"

Bukan kritikus yang penting,
atau bagaimana orang hebat tersandung dan jatuh,
atau di mana para pelaku sejarah
dapat melakukannya dengan lebih baik.

Yang terpenting adalah orang
yang sebenarnya di lapangan,
yang memiliki antusiasme yang besar,
pengabdian yang besar,
dan yang mengabdikan dirinya
dalam tujuan mulia.

Jika ia gagal,
setidaknya dia gagal dengan sangat berani,
sehingga ia mungkin tidak akan pernah
menjadi jiwa-jiwa dingin dan pemalu,
yang tidak pernah paham arti kemenangan atau kekalahan.

~Theodore Roosevelt

It is not the critic who counts,
or how the strongman stumbled and fell,
or where the doer of deeds
could have done better.

The credit belongs to the man
who is actually in the arena,
who knows the great enthusiasms,
the great devotion,
and who spends himself
in a worthy cause.

If he fails,
at least he fails while daring greatly,
so that he may never be
one of those cold and timid souls,
who know neither victory nor defeat.
~Theodore Roosevelt

Cuplikan pidato “The man in the arena”, yang disampaikan pada tahun 1910 ini masih saja mengilhami orang2 untuk menjadi “pelaku” yang sebenarnya. Melupakan kritikus, pemberi nasihat, ataupun pengamat, yang selalu hanya bisa “ngomong” aja, tapi tidak mau benar2 terjun dilapangan untuk berkarya.

Untuk menciptakan perubahan, dibutuhkan lebih banyak orang2 yang mau benar2 melakukan sesuatu pada kehidupan ini. Menciptakan perubahan. Dan bukan sekedar memberikan kata kritikan atau pujian saja. Yang terburuk adalah orang2 sinis, yang tidak pernah mau melakukan, tetapi selalu mencela yang lain.

Kita ditantang untuk menjadi pelaku, yang bergelora jiwanya, dan melakukan sesuatu yang hebat. Mungkin kita akan gagal, atau tersungkur, tetapi setidaknya kita adalah “pelaku” kehidupan yang sebenarnya. Dan mungkin juga kita akan sukses besar, dan berhasil merubah dunia ini. Salam semangat

No comments:

Post a Comment