Wednesday, December 30, 2015

The 5 Most Important Questions. ~Peter Drucker

Untuk mencapai sukses seseorang atau sebuah organisasi, baik itu bisnis ataupun organisasi sosial, Almarhum Peter Drucker, Guru Manajemen paling hebat didunia, memberikan 5 langkah sederhana. 5 Buah Pertanyaan yang perlu kita pikirkan dengan mendalam.
1. What is our Mission? --Apa Misi kita?
Menggabungkan ketiga hal: Kompetensi kita, Komitmen kita, dan Kesempatan yang ada, apa yang menjadi tujuan kita, baik jangka pendek ataupun jangka panjang. Apa yang ingin kita capai?
2. Who is our Customers? -- Siapa Pelanggan kita?
Siapa sebenarnya yang kita layani, siapa target market kita, bagaimana sifat mereka. Apakah kita telah mengejar dan melayani segmen pelanggan yang benar? Adakah pergeseran dalam target kita?
3. What does the Customers value? -- Apa yang di Inginkan Pelanggan kita?
Sebenarnya apa yang mereka hargai, yang mereka inginkan, dari kita? Apa yang dapat membuat mereka memilih kita, dan bukan kompetitor kita? Benarkah yang kita tawarkan adalah hal yang penting untuk mereka? Apakah kita sudah mengidentifikasi dengan benar nilai2 apa yang mereka benar2 inginkan dari hubungan ini?
4. What are our results? -- Bagaimana Hasil kita selama ini?
Kita telah melakukan berkali kali, apa yang benar dan apa yang salah? Mengapa hasil kita kurang sempurna? Apa yang berhasil dari upaya kita selama ini, apa yang tidak, dan mengapa?
5. What are our plan? -- Apa Rencana kita?
Melihat hasil keempat hal diatas, dan dengan memahami dan mengecek kembali kebenarannya, maka Apa Rencana kita sekarang? Apa yang akan kita lakukan kedepan ini? Apa yang menjadi target, dan tindakan2 yang akan kita lakukan seminggu kedepan, sebulan kedepan, setahun kedepan ini?
Pertanyaan2 ini berlaku untuk setiap profesional, untuk sebuah restoran, pabrikan, perusahaan jasa, toko kelontong, ataupun organisasi sosial. Berlaku untuk anda dan saya. Selamat berpikir, merencanakan, dan melaksanakan sukses anda ditahun depan. Salam semangat.

Perjalanan Hidup.

Setiap manusia dilahirkan dengan sebuah kelengkapan perasaan, ada suka ada duka, ada sakit ada kenikmatan, ada kecintaan ada kepedihan, ada manis ada pahit, ada kebahagiaan dan ada kesedihan.
Mereka datang sebagai saudara kembar, yang silih berganti menjenguk kita, menemani kita dan membesarkan diri dan jiwa kita.
Cinta melahirkan keajaiban, cinta menciptakan pesawat terbang, menemukan benua Amerika, membuat komputer dan internet. Cinta melahirkan kebesaran dan keagungan. Cinta yang agung salalu menyentuh kita dan menitikkan air mata haru.
Kita harus belajar menikmati kesedihan kita. Kegagalan adalah saudara kembar kesuksesan, tak ada arti tawa bila tangis tidak kita lalui. Lihatlah betapa dekat mereka: Orang yang sangat berbahagia akan menangis dan orang yang sangat sedihpun tertawa hambar. Hidup penuh dengan semua hal itu dan terjadi pada semua orang. Presiden ataupun tukang becak akan sama bahagia dan sedihnya menghadapi keagungan kehidupan ini.
Ketika kita sudah mulai dapat menikmati kesendirian kita tanpa kesepian, merangkul kesedihan kita tanpa menyalahkan, maka secara perlahan kita mampu mengupas duka kita sehelai demi sehelai dan menjadikannya rasa syukur dan suka cita.
Kata Khalil Gibran: Kebahagiaan adalah kesedihan yang telah terbuka kedoknya. Tawa dan tangis berasal dari mata air yang sama.
Ketika kita mengejar sukses dan kebahagiaan, kita akan terperangkap dan terjebak pada hutan liar. Kupu2 hanya akan datang sendiri saat kita diam dan termenung menikmati kesedihan kita. Karena ketika ketenangan menjenguk kita, semua akan terlihat lebih terang, tanpa perlu menyilaukan.
Kegelapan dapat menyembunyikan meja, kursi, pohon, batu, gunung, tetapi ia tidak dapat menyembunyikan cinta.
Nikmatilah apapun yang datang dan menjenguk anda. Arti terbesar hidup ini pada akhirnya adalah perjalanan hidup ini sendiri. Tidak ada tujuan akhir, yang ada hanyalah sebuah perjalanan panjang yang harus kita nikmati. Yang ada hanyalah rasa syukur yang dalam dan cinta tanpa batas waktu.

Growth Mindset vs. Fixed Mindset.

Ada sekelompok anak kecil dari IQ yang berbeda beda, dan mereka diberi puzzle yang semakin lama semakin sulit, sampai pada titik diatas batas kemampuan mereka. Ternyata ada yang begitu tidak bisa langsung menyerah dan tidak mau melakukan lagi, ada yang semakin bersemangat dan mencoba terus walaupun tidak bisa.
Carol Dwek, telah melakukan riset berpuluh tahun tentang bagaimana cara otak bekerja. Secara umum Carol Membagi dua type: Growth Mindset, otak yang mau berkembang terus, terutama sangat suka belajar dan menjadi lebih baik dengan berjalannya waktu. Atau Fixed mindset, otak yang menganggap kwalitas IQ yang paling penting, bukan upaya. Dan mudah sekali menyerah karena menganggap dia memang tidak bisa, walaupun berusaha akan sama saja.
Thomas Edison (inventor terbesar), Wright Brothers (penemu pesawat terbang), Jackson Pollock (pelukis Amerika), Marcel Proust (penulis Perancis), Elvis Presley, Ray Charles, dan Charles Darwin (Teori Evolusi), semuanya punya kesamaan: Sekolahnya tidak bagus, dan dikatakan gurunya tidak akan punya masa depan cerah. Tetapi mengapa mereka bisa menjadi ahli di bidangnya, dan sukses besar? Menurut Carol Dwek, mereka memiliki Growth Mindset, cara berpikir yang melihat bahwa kegagalan adalah kesempatan untuk belajar lagi. Dan mereka tidak pernah berhenti belajar, memperbaiki diri, memperbaiki diri lagi.
Pertanyaan: Ketika nilai ujian anda C (padahal mengharap A), kena tilang, dimarahi orang tua, apa yang anda katakan pada teman anda? Fixed Mindset: Aku memang selalu sial; Aku memang berotak tumpul, selalu sial; Ibuku tidak cinta aku lagi; Hidup tidak adil, aku sudah kerja keras orang lain mencontek dapat A. Sedangkan pada Growth Mindst: Wah aku mesti kerja lebih keras ternyata soalnya sulit2; Lain kali kalau jalan lebih hati2 lah; Ibu mungkin sedang ada masalah, ya aku mengalah dulu, lain kali lebih hati2 kalau bicara dengan beliau.
Di Columbia University, ada brain-wave lab, dicobakan pada mahasiswa. Ketika mahasiwa diberi tahu jawaban ujian mereka salah, ternyata mahasiswa dengan Fixed Mindset tidak berniat mencari jawaban yang benar atau apa kesalahan yang telah dilakukannya yang harus diperbaiki. Pemilik Growth Mindset justru sangat antusias tahu apa yang bisa diperbaiki untuk lain kali.
Orang2 dengan Fixed Mindset terpaku pada status: Juara, terbaik, tercantik. Kekalahana adalah neraka dan segalanya terpenting pada “status”. Melihat kesuksesan sebagai hitam putih. Juara atau orang yang tak berguna. Terbaik atau tidak sama sekali. Padahal orang2 sengan Growth Mindset, lebih mementingkan upaya dan keyakinan akan bisa lain kali kalau kita mau memperbaiki diri. Mengakui kegagalan, merangkul kesedihan, dan mau memperbaiki diri dan tidak merasa malu. Angka bukanlah segalanya, yang terpenting kita menjadi manusia lebih mampu dengan mempelajari kehidupan.
Ketika kita memuji anak atau anak buah, selalu pujilah pada upayanya, jangan terlalu memuji hasilnya. Pujihan perbaikan yang telah dia tunjukkan dan pujilah upaya untuk berusahanya. Sukses itu hanya hasil samping akan pekerjaan yang kita lakukan dengan baik.
Orang2 dengan Growth Mindset selalu melakukan “purposeful engagement”, keterlibatan total dengan itikad yang jelas, dalam melakukan pekerjaannya dan menjalani kehidupannya. Angka penting, tapi bukan segalanya. Tujuan membawa arah gerak yang benar, tapi tetap yang terpenting adalah upaya kita. Kalau kita sudah melakukan yang terbaik, hasil adalah nomor dua. Pembelajaran adalah kunci sukses. Salam sukses untuk anda.