Thursday, June 19, 2014

Predictive Selling

Amazon telah mem-patent-kan konsep “Predictive Selling” nya, anda akan menerima barang yang sebenarnya sangat anda inginkan tapi belum (atau tidak pernah akan) meng-klik ordernya.

Ketika kita mengetik di google, atau ada “predictive sentence” atau perkiraan anda akan mengetik apa, yang bisa anda ambil kalau cocok tanpa anda harus menuliskan secara lengkap.

Amazon memberikan rekomendasi buku pada anda. Di jaman dulu, kalau anda beli buku “self help” amazon akan merekomendasikan buku yang mungkin sejenis dan anda sukai. Itu jaman sangat doeloe. Dengan semakin canggihnya konsep “big data” yang dimiliki amazon, semakin canggihnya mereka memahami keinginan kita.

Amazon telah mem-patent-kan teknologi nya tentang Predictive Selling ini, yang secara umum dan mudah dijelaskan: mereka akan mengirimkan produk yang “kemungkinan besar anda mau membeli” dan anda tinggal meng-OK-kan atau menolaknya.

Idea ini sudah cukup lama, dan sudah dikerjakan oleh perusahaan lain juga. Sebuah perusahaan baju juga telah melakukannya dengan mengirimkan apa yang mungkin akan anda sukai, dan kalau anda tidak suka tinggal mengembalikannya. Mereka tidak akan men-charge credit card anda sebelum anda meng-OK-kan nya.

Ketika ada bel di pintu anda, anda buka, ternyata barang yang memang ingin anda beli, telah tiba didepan rumah anda. Itu lah konsep dasarnya. Komputer dan data membuat penjual mampu mem-prediksi sebenarnya apa yang ingin anda beli.

Tahun lalu Amazon memberikan gambaran akan cara mengirim barang masa depan: dengan pesawat2 terbang kecil yang mengantarkan produk itu kedepan pintu anda. Inovasi yang terus berkesinambungan dari Amazon sangat mencengangkan.

Selamat datang pada dunia baru, yang mungkin akan kita alami dalam beberapa tahun lagi.

Ang Lee

Setelah kemenangan kedua Ang Lee di Academy Awards tahun 2013, esai yang indah ini muncul kembali. Esai ini memberikan semangat kepada kita yang lelah dalam pengejaran mimpi kita. Esai ini dibuat setelah Ang Lee memenangkan hadiah Oscar pertamanya di tahun 2006. Selamat menikmati.

*****
Pada tahun 1978, ketika saya akan belajar film di University of Illinois, ayah saya keberatan dengan keras. Dia mengutip statistik: “Setiap tahun, 50.000 pemain bersaing untuk 200 peran yang tersedia.” Melawan nasihatnya, saya naik pesawat ke Amerika, dan ini membuat tegang hubungan kami. Dalam dua dekade berikut, kami sangat sedikit berkomunikasi.

Beberapa tahun kemudian, ketika saya lulus kuliah perfileman, saya akhirnya memahami kekhawatiran ayah saya. Hampir tidak pernah terdengar ada pendatang dari China untuk sukses dalam industri film Amerika. Dimulai pada tahun 1983, saya berjuang melalui enam tahun penderitaan, ketidakpastian dan pupusnya harapan.
Sebagian besar waktu, saya membantu kru film dengan mengangkat peralatan mereka atau bekerja sebagai asisten editor. Pengalaman saya yang paling menyakitkan adalah menawarkan skenario di lebih ke tiga puluh perusahaan produksi yang berbeda, dan hanya menerima penolakan keras setiap kalinya.

Tahun itu, saya berumur 30. Ada pepatah China kuno: " Pada 30, seseorang sudah akan berdiri tegak” Namun, saya bahkan tidak bisa mendukung diri sendiri. Apa yang bisa saya lakukan? Terus menunggu, atau menyerah pada mimpi saya “membuat film”? Istri saya memberi saya dukungan yang tidak ternilai.

Istri saya adalah teman kuliah saya. Dia mengambil biologi, dan setelah lulus, bekerja untuk sebuah lab riset kecil farmasi. Penghasilannya sangat minim. Pada saat itu, kami sudah memiliki anak sulung kami, Haan. Untuk menenangkan perasaan bersalah saya, saya mengambil pekerjaan rumah tangga semua - memasak, membersihkan, merawat anak kami - di samping membaca, mengkaji dan menulis skrip film. Setiap malam setelah menyiapkan makan malam, saya akan duduk di tangga depan dengan Haan, mendongeng kepadanya, sambil kita menunggu ibunya - pemburu wanita yang heroik - pulang dengan rezeki kami.

Ini jenis kehidupan yang agak konyol tentunya bagi seorang pria. Pada satu titik, mertua ingin memberi istri saya sejumlah uang, dimaksudkan sebagai modal awal bagi saya untuk membuka sebuah Chinese restoran - berharap bahwa bisnis ini akan menopang kehidupan keluarga saya. Tapi istri saya menolak uang itu. Ketika saya mengetahui ini, saya terjaga dan beberapa malam tidak bisa tidur, dan akhirnya memutuskan: Impian saya tidak akan bisa terwujud. Saya harus menerima dan menghadapi kenyataan.

Setelah itu dengan berat hati, saya mendaftar kursus komputer di sebuah perguruan tinggi di dekat rumah. Pada saat itu mencari kerja adalah sebuah keharusan yang pahit, dan tampaknya hanya pekerjaan komputer lah yang cepat dapat mendapatkan pekerjaan. Untuk hari-hari berikutnya, prilaku saya menjadi sangat buruk. Istri saya, memperhatikan sikap yang tidak biasanya, menemukan jadwal kuliah terselip yang di tas saya. Malam itu dia diam saja.

Keesokan paginya, tepat sebelum dia naik ke mobilnya untuk berangkat kerja, istri saya berbalik dan berdiri di tangga depan, berkata, “Ang, jangan lupakan impianmu.”

Saya tersentak, mimpi saya - tenggelam oleh tuntutan realitas - hidup kembali. Ketika mobil istri saya jalan, saya mengambil jadwal kuliah dari tas saya dan dengan perlahan dan pasti, merobeknya, dan melemparkannya ke tempat sampah.

Beberapa waktu setelah itu, saya memperoleh pendanaan untuk skenario saya, dan mulai membuat film saya sendiri. Dan setelah itu, beberapa film saya mulai memenangkan beberapa penghargaan internasional. Istri saya mengatakan, "Saya selalu percaya bahwa kamu hanya memiliki sebuah talenta. Talentamu adalah membuat film. Ada begitu banyak orang sudah ahli komputer, mereka tidak perlu tambahan seorang Ang Lee untuk itu. Jika kamu ingin membawa pulang patung emas, kamu harus berkomitmen pada mimpimu."

Dan hari ini, akhirnya saya memenangkan patung emas. Saya pikir ketekunan saya sendiri dan bermacam macam pengorbanan istri saya akhirnya membuahkan hasilnya. Dan sekarang saya lebih yakin daripada sebelumnya: Hidup saya adalah untuk terus membuat film.

Saya memiliki mimpi ini yang tidak akan pernah berakhir.

Saya mau jadi apa?

Apa impian anda? Apa passion anda? Dimasa depan, ingin menjadi sukses seperti apa? 

Ada sebuah padangan bahwa orang sukses besar, tahu dari kecil apa maunya, apa impiannya dan bagaimana dia nantinya menjadi orang sukses. Dan sering kita tanyakan kepada anak SD, SMP, SMA, ataupun mahasiswa “Nanti ingin menjadi apa?”. Dan mereka akan berkata: “Saya juga tidak tahu pak.” 

Bahkan sampai pada orang yang sudah bekerja pun, sudah berusia 25 atau 27 atau 30 atau 45, masih bingung, “Saya mau jadi apa?” dibarengi sedikit rasa bersalah, sepertinya hanya dia sendiri yang tidak tau apa maunya.

Padahal menurut pendapat saya, pada saat mau wisuda lulus S1, mungkin 80 persen orang tidak tau apa maunya, 18 persen “kira2” tahu “sepertinya saya ingin jadi.......” dengan keraguan. Dan mungkin hanya 2 persen yang benar2 tau ingin menjadi apa dan mengejarnya dengan jelas.

Kita “mengalir saja”, melakukan yang kita suka, tidak pernah berhenti belajar, memiliki kecintaan akan apa yang kita lakukan, sambil selalu melihat adakah “pintu kesempatan” yang terbuka, yang dapat kita masuki.

Sering pula ternyata pintu itu tidak membawa kita kemana mana, merupakan perjalanan lelah yang sia sia, penuh kesedihan dan harus kita tinggalkan. Mencari lagi pintu yang benar, dan mencari lagi, dan mencari lagi.

Mimpi tidak selalu ada, yang ada hanyalah kenyataan. Dan semua orang terombang ambing pada kehidupan, ketidak pastian, dan kegamangan.

Yakinlah, ada saatnya, akan datang kesempatan itu, ketika waktu, kesempatan, dan kemampuan Anda tiba2 menjadi selaras, dan pelanggan kita, siapapun itu, menyukai apa yang kita lakukan, dan menghasilkan sebuah karya atau bisnis yang sukses.

Kecintaan akan hidup ini, semangat untuk terus berkarya melakukan yang tebaik, belajar dan belajar lagi, sambil tidak berhentinya mencari pintu kesempatan yang tepat. Suatu saat sukses akan menjadi hak Anda.

“Saya Tidak Tahu”

Kata Steven Levitt dan Stephen Dubner dalam bukunya “Think Like a Freak”, kalimat pendek yang paling jarang dipakai orang adalah “Saya Tidak Tahu”. Setiap orang dewasa akan menipu, mengarang, mengira-ira, menebak dengan seolah olah tahu, ketika ditanya sebuah pertanyaan yang tidak diketahuinya jawabnya. 

Coba tanyakan pada orang “Bagaimana menurut anda pemilu nanti?” “Apa kelebihan dan kekurangan Pak Jokowi?” Apakah harga2 barang akan naik mulai Juni ini? Mengapa ini terjadi? Sebenarnya ada atau tidak "Big Bang" itu? Menurut anda, "hantu" itu ada atau tidak? Nah, anda akan mendapatkan jawaban ber macam2, dari orang2, yang sebenarnya ngawur saja, karena kita malu mengakui dan berkata, “Saya Tidak Tahu.”

Sebenarnya justru “Saya Tidak Tahu” adalah sebuah awal yang paling penting. Ketika kita menyadari “Tidak Tahu”, ada sebuah pemahaman bahwa kita “Perlu Tahu”, perlu belajar, perlu lebih pandai lagi, dan perlu mencari jawaban yang lebih benar.

Sejak kecil di sekolah, kita di olok2 dan disalahkan oleh guru, dan dipermalukan ketika bilang “Saya Tidak Tahu.” Dan sejak itu kita menganggap ketidak tahuan sebagai sebuah dosa, sebuah tabu, sebuah hal yang memalukan. Dan kita enggan mengakui ketidak tahuan kita dan menyelimutinya dengan jawaban2 yang tidak pasti. Ini menghambat pembelajaran kita. Ini menghambat kemajuan kita.

Ketika dosen merasa sudah pandai mengajar, dia berhenti memperbaiki diri. Ketika pemimpin merasa dia paling tahu dan benar, dia akan keras kepala menjalankan keputusan yang salah. Ketika designer merasa designnya terbaik, segalanya telah dipahami, dia akan berhenti disana. Ketika pebisnis merasa tidak perlu lagi membaca karena semua telah mengerti semua, dia berhenti memperbaiki diri.

Pemberlajaran terjadi ketika kita menyadari kekurangan kita, kita tidak cukup tahu, dan bersedia dengan kerendahan hati, belajar dan memperbaiki diri. 

Setiap orang memiliki filternya sendiri sendiri.

Ketika ada 100 orang mendengarkan sebuah seminar, maka ada 100 pemikiran yang berbeda yang masuk kedalam otak mereka, walaupun pembicara, dan materi didepan, sama.

Ada yang mengatakan: ”Materi yang bagus, pulang segera aku implementasikan dalam bisnisku.” Sambil mencoret2 di kertas dan memikirkan bagaimana mengaplikasikannya besok.

Ada yang berpikir: “Bagus juga ya, menarik sekali paparannya.” Tanpa ada itikad melakukan apa2, dan menganggap semuanya sebuah pengetahuan belaka.

Ada juga yang berpikir: ”Materi kuno, sudah dengar berulang kali, gila pembicara ini, materinya jelek begini kok laku juga.” Sambil menyesal telah membayar mahal untuk ikut.

Ada lagi yang berpikir, “Sebenernya buat apa sih dengar seminar seperti ini, saking saja diperintahkan kantor untuk dengar.” Dan dia lalu menutup telinga, dan merasa lebih baik ber-BBM saja sambil mengawasi twitter dan instagramnya.

Setiap orang memiliki “filter”, didepan otak dan matanya. Setiap orang memiliki keingingan dan pemikiran sendiri sendiri. Seminar, buku, tulisan, video, filem, kuliah, kerja, diskusi, semuanya ketika masuk kedalam otak kita, difilter dulu oleh sudut pandang, kebiasaan, dan keyakinan kita.

Tidak ada hal yang absolut, tidak ada “kenyataan”, yang ada hanyalah sudut pandang masing2 terhadap apa yang diyakini dan dianggap benar. Dan kita semua masing2 bertindak dan berprilaku terhadap ilusi yang kita anggap adalah sebuah kenyataan itu.

6 Value-Drive yang ada pada setiap manusia

Salah satu teori Personality yang cukup populer dan menarik, ditulis oleh Eduard Spranger pada bukunya Types of Men, tahun 1914

Secara umum Spranger membagi 6 persoanality manusia. Tentunya bisa saja seseorang memiliki beberapa personality.

Theoritical: Teoritis, orang yang suka akan ilmu pengetahuan, dan pencarian kebenaran dari kehidupan.

Ulitarian: Ekonomis, orang yang menginginkan hasil terbanyak, dari apa yang dimiliki dan dikerjakannya. Optimum, maksimum.

Aeshetic: Keindahan, orang yang menyukai keindahan: bentuk, warna, harmonisasi, dan makna kehidupan.

Social: Sosial, orang yang memperhatikan orang lain, dan menyukai dan mampu konek dengan orang lain dalam networknya.

Individualistic: Egois, orang yang mementingkan diri sendiri, menganggap dirinya yang terpenting terbaik dalam hidup ini.

Traditional: Religius, spiritualis, orang yang mementingkan makna terdalam yang ada pada jiwa kita.

Pilihan dan tindakan setiap orang selalu di-drive oleh satu atau dua atau tiga dari value dasar ini.

Memahami 6 value-drive ini akan memudahkan kita memahami orang lain, berkomunikasi dan mem-persuasi mereka

Universitas Kehidupan

“Universitas Kehidupan” ini kan matakuliahnya beragam: Memahami kegagalan dan penghianatan sahabat; Mengalahkan ego pribadi; Berpacu dengan waktu; Bermimpi tinggi tapi harus tetap menginjak bumi; Mencintai pekerjaan yang menjemukan; Mengayomi anak buah yang tidak tahu diri; Tetap tersenyum didepan klien yang super nyebelin; Menyelesaikan banyak tugas sekaligus dalam kurun waktu yang mustahil; Sabar menghadapi pimpinan yang tidak rasional, dan seterusnya. 

Hidup ini seperti......................

Kalau ditanya "Hidup ini seperti......................" apa versi jawaban anda?

**
Hidup ini seperti....... Sungai yang mengalir, melewati batu padas, menyeret limbah dan kotoran, tersaring oleh pasir bebatuan, menukik pada curamnya tebing, terkadang tenang terkadang deras, dan semuanya menuju lautan.

Optimisme

Optimisme adalah landasan dari keberanian kita untuk berjuang terus dalam ketidak pastian

Broken Window Theory

Bila sebuah rumah yang tidak berpenghuni, ada jendelanya yang pecah, dan tidak segera diperbaiki, maka sebentar lagi akan ada maling masuk dan mencuri barangnya, kemudian akan ada orang lagi mengambil perabotnya, dan kemudian ada lagi yang akan mencuri jendela nya, dan kemudian kusen nya pun akan sekalian dicopot, dan seterusnya.

Sebaliknya bila jendela yang pecah itu segera diperbaiki, orang tid
ak akan berani mencuri karena menganggap bahwa rumah tersebut dijaga dan diawasi orang, dan rumah itu tetap akan dalam kondisi utuh untuk waktu yang lama.

Broken Window Theory adalah teori umum yang menggambarkan hal ini. Mulailah membenahi ketika kerusakan masih kecil.

Bilamana karyawan anda dikantor dibiarkan terlambat 10 menit dari waktu kerja yang seharusnya, maka besoknya ada lagi yang terlambat 20 menit, dan akhirnya semua akan serba terlambah sampai sejam sekalian dan produktifitas terganggu.

Korupsi kecil dibiarkan, menjadi lebih banyak, lebih besar, seperti wabah virus yang menyebar kemana mana, dan setiap kali menjadi semakin besar semakin parah.

Kebiasaan pribadi penundaan kerja, satu hal kita tunda dan biarkan, hal kedua ikut juga, akhirnya seluruh persoalan tertunda semuanya, dan menunda menjadi kebiasaan kita.

Mengatasi persoalan ketika masih belum membesar dan belum menjadi budaya perusahaan akan membuat kerja kita lebih produktip dan perusahaan lebih maju. Memperbaiki kekeliruan pribadi akan lebih mudah waktu persoalan itu masih kecil. 

pasta gigi, dan inovas

Pagi ini, ketika sedang sikat gigi, teringat cerita lama tentang odol – pasta gigi, dan inovasi.

Sebuah perusahaan pasta gigi menyuruh konsultan untuk mencari jalan membuat penjualan naik 10 persen.

Maka banyak riset dan pemikiran dilakukan oleh team perusahaan dan team konsultan.

Ditemukanlah sebuah cara yang nyeleneh - unik berbeda, untuk mencapai hasil yang diharapkan.

Hasilnya adalah: Lubang pada pasta gigi dibesarkan, sehingga orang yang memelotot pastagigi akan keluar sedikit berlebihan.

Konsumsi pasta gigi tanpa terasa naik dengan sangat signifikan. Penjualan naik 15 %, walaupun jumlah pemakainya tetap.

Tadi pagi saya teringat cerita ini ketika jengkel banyaknya kelebihan pasta gigi yang sering keluar ketika memakainya.

Inovasi adalah sebuah hasil kreativitas yang mengasikkan dan perlu dibina didalam setiap perusahaan dan individu.

Setiap orang memiliki kapasitas untuk berpikir kreatip dan mengaplikasikannya menjadi inovasi dalam bisnisnya.

Salam Inovasi.