Wednesday, October 2, 2013

a journey

Dalam perjalanan kehidupan, selalu ada sepotong jalan dimana kita harus berjalan dengan membawa se-ember ketakutan, dan sebuah ransel yang penuh dengan kesepian.

Ketika memulai sebuah bisnis, sebuah proyek, sebuah jabatan baru: Kita adalah manusia penuh keyakinan, penuh optimisme. Dengan berjalannya waktu, sering kita ternyata tidak sesukses yang kita harapkan, dan mulai terasa sebuah angin dingin menerpa tengkuk kita.

Ah, apakah asumsiku benar, Ah, apakah bisa membayar semua gajih karyawan, Ah, apakah bisnis ini akan jalan ya nantinya, Ah, apakah aku salah keluar dari kerjaku yang dulu sudah mapan, ah kenapa aku terlalu berani mengambil keputusan, ah bagaimana membeli makanan untuk bayi ini besok?

Itulah bagian dari harga yang harus kita bayar, ketika kita memutuskan mengambil jalan yang tidak lumrah. Bagian dari paket keputusan kita. Se-ember ketakutan, dan sebuah ransel yang penuh dengan kesepian, akan harus kita bawa terus dalam perjalanan kita ini, mungkin sampai satu tikungan baru nanti, baru kita akan menjadi enak.

A Bucket of Fear, and a Backpack Full of Loneliness. Saya yakin, semua orang sukses, dari Steve Jobs sampai Anita Roddick sampai Beatles sampai Gandhi sampai Einstein, selalu punya masa ragu2 yang penuh ketakutan dan kesepian dalam perjalanan suksesnya. Perjalanan kehidupan bukanlah sebuah jalan tol yang lurus mulus tanpa hambatan.

Ketika anda merasa, ada begitu banyak kepahitan yang harus anda lewati, ada begitu banyak keragu raguan untuk terus, ada begitu banyak kemalasan untuk memulai lagi, ada begitu banyak kesepian yang menggigit jiwa kita, maka inilah saatnya untuk kembali menyadarkan diri menerima semua itu dan tetap menguatkan diri untuk meneruskan perjalanan kita.

Karena kita tahu ada saatnya perjalanan akan mulus tenang damai lagi pada suatu saat dimasa mendatang nanti. Saat ini, kita hanya bisa melakukan yang terbaik yang kita bisa. Salam semangat.

What Really Matters?

Apa yang sebenarnya penting dalam hidup kita? Apakah kita bisa naik pesawat ulak alik ke Bulan, ataupun Mars pada suatu hari nanti, adalah hal yang penting? Ataukah punya tas Hermes Kelly yang ratusan juga itu membuat anda lebih cantik? Punya TV 60 inch, mobil mewah, semua gatget terbaru, apakah ini penting? Ataukah punya akun facebook dengan enam juta followers itu hebat? 

Orang2 kaya, terkenal, ataupun "sempurna" menurut mata banyak orang, tetap mengalami depresi berkepanjangan, marah, sedih, tidak bahagia, dan bahkan bunuh diri. Ketenaran, kekayaan, jabatan, kepandaian, terbukti tidak memberikan banyak kebahagiaan.

Ketika masyarakat mulai menekan kita dengan memberikan tolok ukur "jabatan", "harta", "gelar", "kecanggihan", "Samsung S4 - iPhone 5s" sebagai metrik untuk mengukur sukses dan kebahagiaan anda, maka kita ikut terjerembab dan terperangkap dalam pusaran tanpa akhir ini.

Pelahan lahan kita kehilangan tolok ukur kita sendiri untuk mengukur sukses dan kebahagiaan kita. Kita kehilangan kerendahan hati untuk bersyukur atas segala yang telah kita dapatkan dan miliki.

Temukan apa yang penting untuk anda sendiri: Kenali diri sendiri, keluarga, kultur, budaya, diri anda sendiri, jiwa anda sendiri. Hapuskan semua imaginasi yang di ciptakan oleh iklan TV, oleh teman2 kita, atasan kita dan masyarakat yang selalu mengukur "nilai" kita terhadap "model sukses" yang mereka anggap penting.

Temukan apa yang membuat anda bahagia, apa kerja yang ingin anda lakukan walau tidak dibayar sekalipun. Ataupun, dilain sisi, apa yang selalu anda hindari dalam pekerjaan dan kehidupan anda. Apa yang sebenarnya anda inginkan? Semua kerja dan tujuan dan arah hidup punya "trade off"-nya sendiri2.

Setidaknya; Minggu, hari yang baik untuk berpikir, Sebenarnya hidup ini untuk apa, dan apa yang penting untuk saya kerjakan? Sehingga besok, Senin, kita bisa memulai kerja yang lebih punya arti buat kita sendiri