Friday, May 10, 2013

Bagaimana menikmati keindahan dalam kesederhanaan?


Ada keindahan dalam hal2 yang sederhana.
Tadi ada seekor cicak yang sedang kasmaran dan mengejar betinanya, ada daun kuning jatuh dari pohon besar, ada pula segelas teh panas yang terasa nikmat sekali.

Kita hanya puas pada kesuksesan, keberhasilan yang hingar bingar, keuntungan yang berlimpah. Tapi pernahkah kita menikmati keindahan hal2 yang sederhana.

Enaknya bakso tempat SMA kita dulu; murah, gurih, nikmat, dan penuh keceriaan. Makanan ter-enak selalu adalah makanan dekat sekolah kita dulu. Lucunya anak2 kecil di kebon binatang, walaupun bau tahi gajah tidak enak sekali. Gembiranya pembantu yang mau pulang lebaran ketika kita beri baju bekas kita.

Dalam kesibukan kota, dalam kebiasaan iPhone, BB, iPad, DVD, masih adakah hal2 kecil seperti ini membuat anda bahagia? Apakah "inner joy" anda masih bisa bersorak sorai, ataukah sudah tidak ada lagi "keceriaan nurani" ini dalam kehidupan anda? 

Kehidupan bukanlah hanya berisi sederetan rekor kesuksesan dan tonggak tonggak sejarah, tetapi juga berisi rentetan kesederhanaan yang indah dan penuh arti.

Beberapa tahun lalu saya ke Selecta, sebuah tempat wisata di kota Batu, Malang, Jawa Timur... Ada kegembiraan rakyat, ada kesederhanaan yang menawan.

Kenikmatan itu murah, kalau kita tau bagaimana cara menikmati hidup ini. Kita tidak perlu tersandera oleh dogma kehidupan yang mendewakan harta dan materi. Tapi merasakan rasa indah dalam kesederhanaan yang ada.

Mungkin telah terjadi tujuh puluh dua hal kecil yang indah yang kita lalui hari ini, tetapi mata kita tertutup pada satu proyek yang tidak juga goal itu... Mata kita masih saja tertutup pada kejengkelan... Kita masih saja tidak bisa melepas kesedihan atas hal yang tidak penting itu...

Mengapa tidak mencoba mebuka mata kita dengan bening? Kita bagaikan orang yang berada didalam bus yang melewati jalan2 yang luar biasa indah pemandangannya, tetapi kita tutup gorden penutup jendela bus, sehingga apapun tidak  terlihat dari dalam.

Rasakan apapun yang anda lalui, karena hidup ini cuma perjalanan saja. Dan bagaimana kita memilih cara kita memandang hidup ini, adalah hak kita sendiri. Cobalah menikmati kesederhanaan keindahan dan menjalaninya dengan penuh rasa.

Sobat Kental, Rahasia persahabatan yang mendalam.

Saya yakin anda punya banyak sahabat, tetapi berapa yang benar2 menjadi sobat kental anda, orang yang benar2 adalah “sahabat sejati” anda. Saya yakin tidak banyak. Mungkin hanya 3 atau 4 orang saja. Nah, apa yang membuat mereka adalah sobat kental anda? Ada 4 rahasia sederhana dalam persahabatan:

1. Berbagi rahasia. Ternyata sobat kental berbagi rahasia, dan mempercayai sepenuhnya sahabatnya. Kepercayaan sepenuhnya ini penting, karena setiap orang memiliki rahasia yang ingin dia simpan, tapi rela berbagi hanya dengan beberapa orang saja. Kepercayaan bukan sebuah hak, tetapi sesuatu yang kita dapatkan karena waktu telah membuktikan bahwa kita memang layak dipercaya.

2. Perlakukan sahabat anda seperti orang dewasa yang telah matang. Memberi nasihat tentu ok, tetapi ada batasnya. Setiap orang mempunyai keyakinan dan kemerdekaannya sendiri. Latar belakang, keluarga, agama, pendidikan, semuanya mebuat kita masing2 berbeda pendapat. Hargailah apapun pendapat, pilihan, keputusan sahabat anda. Kita hargai dia sebagai manusia seutuhnya. Kita berikan nasihat dan pendapat secukupnya, tetapi pada akhirnya adalah hak nya sebagai manusia mandiri untuk mengambil keputusan apapun dalam hidupnya.

3. Terimalah bahwa persahabatan anda tidak akan selamanya sempurna. Sedikit kesalahpahaman, dan ketidak enakan, serta selisih pendapat, selalu ada dan akan terjadi. Terimalah itu sebagai kenyataan hidup. Maafkan, dan meminta maaflah atas kesalahan yang terjadi. Lidah dan gigi kita saja masih saling menggigit walau telah bersama sepanjang hidup kita, apalagi teman yang latar belakang dan keyakinan dan cara hidupnya berbeda. Kesadaran ini akan menguatkan kita dan membuat kita menjadi sahabat yang lebih baik.

4. Datangi, dan dekati sobat kental anda; secara tulus datangi dan temani, ketika dia dalam kesulitan besar. Setiap orang memiliki masa sulitnya, entah sakit yang parah, kehilangan keluarga, bisnis yang hancur, perkawinan yang porang poranda, mood yang lagi sangat buruk, atau hal2 lain yang berat. Usahakan untuk dapat datang menemaninya, walau hanya satu dua jam, untuk ber-empati terhadap kesulitan kesusahan yang dirasakan sobat kental anda. Penderitaan menjadi jauh berkurang kalau ada sobat kental yang menemani kita berbagi derita. Duka akan terbagi bila kita bersama sahabat, dan kebahagiaan akan belipat kalau kita bersama sahabat.

Sobat kental tidak selalu bertemu setiap saat. Kadang hanya bertemu setiap tahun sekali atau bahkan lebih jarang lagi. Sobat kental tidak pula ber sosial media setiap hari. Tetap dia tetap menjadi sobat kental kita, karena ada “klick” yang cocok dan pembicaraan yang seirama satu frequency yang sama antara anda dengannya. Keempat hal diatas akan lebih menguatkan lagi persahabatan anda dengan nya. Selamat bersobat kental.

5 hal yang membuat orang menjadi memikat, menawan

Sering kita mengenal orang yang tidak terlalu cantik atau terlalu tampan, tapi sangat “charming”; menawan, memikat, membuat orang lain menyukainya. Sebenarnya apa yang membuat orang merasa seseorang itu menawan, atau membosankan? Agak sulit menjelaskan mengapa, kata teman ketika saya tanya, “tapi dia selalu membuat saya tertarik, ada “magnet” nya. Apalagi kalau ngobrol lama dengannya.”

Ada 5 hal yang membuat orang menjadi memikat, menawan: “5 A” adalah kuncinya:

Acceptance, atau penerimaan, adalah sebuah sikap menerima orang lain tanpa sinis-tisme, tanpa sikap memandang rendah. Sikapnya positip dalam menerima orang lain apa adanya. Dengan sikap yang tulus berbagi senyum dan tawa. Tidak ada ketidaknyamanan dalam sikap dan nadanya, hanya ada senyuman.

Appreciation, penghargaan, adalah A kedua. Selalu tulus mengatakan “terimakasih.” Sering dari sinar matanya saja kita tau dia berterimakasih dan menghargai, dan membuat kita merasa terhormat. Mata yang berbinar, gerak tubuh menghargai orang, membuat orang lain merasa spesial, membuat orang lain merasa istimewa.

Approval, menyetujui, apa yang dikatakan dan diceritakan orang lain. Kesamaan visi dan pendapat adalah kekuatan yang besar dalam networking. Persetujuan bukan berarti tidak ada perbedaan, tapi memahami dan menyetujui cara dan konsep berpikir orang itu, tapi beda dalam beberapa pendapat dalam batas kewajaran. Memuji adalah kunci dalam menyetujui pendapat orang. Memuji adalah kunci dalam membuat diri kita menawan.

Admiration, atau mengagumi. Tidak ada orang yang tidak suka dengan pengagumnya. Bintang filem, penyanyi kondang, orang terkenal, semuanya menerima dan menyukai fans-nya, karena manusia memiliki kehausan untuk dikagumi. Selalu tunjukkan kekaguman anda dengan tulus terhadap apa yang memang benar dan hebat dari orang tersebut.

Attention, atau perhatian, adalah kunci A kelima. (Boleh dicoba: Cobalah anda berbicara dengan orang, perhatikan baik2, dengarkan, dan lihat matanya, biarkan dia berbicara, lalu pelan2 rubahlah pandangan anda ketempat lain, maka sering orang ini akan berhenti bicara. Secara tidak sadar dia merasa malas meneruskan ceritanya karena anda tidak memperhatikan dia lagi.) Perhatian kita membuat orang lain semangat dalam bercerita, nyaman berdiskusi dengan anda. Anggukkan kepala, beri signal positip, ulangi kalimat terakhirnya, beri komentar ringan sedikit, maka orang ini akan lebih semangat bercerita dengan anda.

Kata “menawan” mungkin berarti; orang itu menjadi begitu menarik, sehingga sepertinya hati kita tertawan olehnya. Nah kelima hal ini lah yang secara menyeluruh akan membuat anda menjadi orang yang menawan. Sebuah langkah tepat menuju kesuksesan.

Jadi pada akhirnya, rahasia paling sederhana dari daya pikat adalah: “Membuat orang merasa dirinya diistimewakan.” Ketika kita menganggap orang itu adalah orang yang jauh lebih penting dari kita, maka kita membuat dia menjadi merasa “istimewa.” Dan dia akan menganggap anda “menawan”.

Setiap pilihan memiliki dua muka yang bertolak belakang.

Seorang yang sangat kreatip dan penuh akal cerdik, sering2 tidak terlalu menurut dan tidak patuh aturan. Bahkan kadang cenderung sedikit nakal, tidak jujur, dan pembangkang. Sebaliknya seorang yang loyal, penurut, taat aturan, kadang tidak punya idea dan hanya melakukan apa yang ditugaskan saja.

Pacar yang cantik seksi ramah rentan digoda orang, dan cowok yang baik penurut setia biasanya bodoh dan kaku sifatnya. Yang kaya sering menjadi nakal, yang miskin tapi baik tidak enak sekali hidupnya.

Hidup adalah sebuah koin bermuka dua, sebuah pedang bermata dua, yang selalu memiliki kedua sisi yang berlawanan dalam satu sifat dan keadaan yang sama. Kita sering terperangkap dalam pemahaman ini. Mau sisi satunya tidak mau lainnya, yang sering menjadi sebuah kekecewaan.

Pekerjaan yang mudah stabil dan tidak menguras energi, tidak beresiko, biasanya tidak memberikan hasil yang banyak. Pekerjaan yang hasilnya banyak, memberikan stress tidak habis2nya, dan memberikan tekanan yang tidak enak. Pilihan selalu ada, tetapi selalu membawa konsekwensi sendiri2.

Ketika ditawarkan “bisnis untung besar tanpa resiko”, “hasil besar tanpa kerja keras”, sebagian orang terlena dan tertipu. Jelas hal itu tidak ada, dan selalu ada udang dibalik sepatu. Ada jebakan batman nya. Kadang terlihat juga bohong nya dengan cukup kasat mata, tapi sebagian orang tidak peduli dan masih saja menjerumuskan dirinya kesana.

Sering orang bermimpi ingin terkenal dan kaya raya, karena dianggapnya isinya bahagia semua. Bukti data menyunjukkan orang yang stress, sakit jiwa, rumah tangga hancur, dan insomnia, bahkan bunuh diri, justru kebanyakan orang kaya dan orang terkenal. Setiap anugerah membawa kutukannya sendiri2. Tuhan adil dalam memberikan jatah kebahagiaan yang sama pada semua orang.

Setiap hasil punya beaya sendiri2, punya resikonya sendiri2. Dalam perjalanan kehidupan kita selalu memilah, memilih, dan mengejar harapan dan mimpi kita. Kita harus sadar bahwa selalu ada beaya, ada resiko, dan ada sisi gelap dalam setiap pengejaran harapan kita. Ada pagi ada malam, ada gelap ada terang, ada tawa ada tangis, ada senang ada susah, dan semua dalam paket kehidupan yang sama.

"The Man In The Arena"

Bukan kritikus yang penting,
atau bagaimana orang hebat tersandung dan jatuh,
atau di mana para pelaku sejarah
dapat melakukannya dengan lebih baik.

Yang terpenting adalah orang
yang sebenarnya di lapangan,
yang memiliki antusiasme yang besar,
pengabdian yang besar,
dan yang mengabdikan dirinya
dalam tujuan mulia.

Jika ia gagal,
setidaknya dia gagal dengan sangat berani,
sehingga ia mungkin tidak akan pernah
menjadi jiwa-jiwa dingin dan pemalu,
yang tidak pernah paham arti kemenangan atau kekalahan.

~Theodore Roosevelt

It is not the critic who counts,
or how the strongman stumbled and fell,
or where the doer of deeds
could have done better.

The credit belongs to the man
who is actually in the arena,
who knows the great enthusiasms,
the great devotion,
and who spends himself
in a worthy cause.

If he fails,
at least he fails while daring greatly,
so that he may never be
one of those cold and timid souls,
who know neither victory nor defeat.
~Theodore Roosevelt

Cuplikan pidato “The man in the arena”, yang disampaikan pada tahun 1910 ini masih saja mengilhami orang2 untuk menjadi “pelaku” yang sebenarnya. Melupakan kritikus, pemberi nasihat, ataupun pengamat, yang selalu hanya bisa “ngomong” aja, tapi tidak mau benar2 terjun dilapangan untuk berkarya.

Untuk menciptakan perubahan, dibutuhkan lebih banyak orang2 yang mau benar2 melakukan sesuatu pada kehidupan ini. Menciptakan perubahan. Dan bukan sekedar memberikan kata kritikan atau pujian saja. Yang terburuk adalah orang2 sinis, yang tidak pernah mau melakukan, tetapi selalu mencela yang lain.

Kita ditantang untuk menjadi pelaku, yang bergelora jiwanya, dan melakukan sesuatu yang hebat. Mungkin kita akan gagal, atau tersungkur, tetapi setidaknya kita adalah “pelaku” kehidupan yang sebenarnya. Dan mungkin juga kita akan sukses besar, dan berhasil merubah dunia ini. Salam semangat

Sehat, waktu, dan uang.

Seminggu ini saya sakit, murus2 berkepanjangan dan badan flu sakit semua. Kegiatan masih saja menumpuk dan harus diselesaikan. Sudah makan obat bermacam2 termasuk antibiotik dan teman2nya, serta mampir ke unit gawat darurat rumah sakit untuk suntik dan infus.

Ada janji meeting penting, yang akhirnya saya pendekkan dari sehari menjadi setengah hari. Ada seminar yang tentu tetap saya kerjakan, walau harus “sembunyi” untuk “menhemat tubuh” sebanyak mungkin. The show must go on, kata orang. Semua masih teratasi. Selesai acara, masuk hotel, tidur.

Ketika waktu kita terbatas, kita mulai memikirkan prioritas, apa yang perlu dilakukan, apa yang bisa di tinggalkan. Kita mulai menjadi lebih efektip dalam bekerja. Basa basi kita pangkas, yang tidak penting kita buang, dan kita fokus pada solusi terbaik yang bisa kita lakukan.

“Apa yang akan anda lakukan kalau sehari hanya boleh bekerja 4 jam saja?” adalah sebuah idea menarik tentang efektivitas kerja, memaksa kita berpikir lebih jernih, apa yang perlu, apa yang tidak dalam melakukan pekerjaan kita. Tidak semuanya bisa selesai dengan baik, tapi sekarang kita lebih paham prioritas kita.

Ketika sakit, kita juga mulai sadar, bahwa sehat itu penting. Dan uang, sebenarnya hanya kenikmatan kenyamanan kehidupan semata. Kita berperang untuk sukses dan kaya, sering kita lupa kesehatan kita. Tubuh kita memberitahu, waktunya istirahat, waktunya jeda.

Kata orang “sehat”, “uang”, dan “waktu” adalah 3 hal yang sulit dimiliki ketiganya. Waktu muda masih sehat punya waktu, tidak punya uang. Sudah mulai sukses, masih sehat dan punya uang, tapi tidak punya waktu karena kesibukan yang menumpuk. Setelah tua, punya uang, punya waktu, tapi sudah tidak sehat lagi. Selamat menikmati damai anda. Salam.

Universitas Kehidupan

Universitas Kehidupan mata kuliahnya beragam: Memahami kegagalan berulang; Penghianatan seorang sahabat; Mengalahkan ego pribadi; Berpacu dengan waktu; Kekecewaan tak bertepi; Sayap-sayap mimpi yang patah; Tetap menginjak bumi; Mencintai pekerjaan yang menjemukan; Kesedihan yang menghujam menembus bahu; Tetap tersenyum didepan klien yang super nyebelin; Menyelesaikan tugas dalam kurun waktu yang mustahil; Sabar menghadapi pimpinan yang tidak rasional; Ditinggal oleh orang yang sangat kita sayangi; Merindukan kedamaian; Kebosanan tingkat dewa,…....... Kadang2 kita dapat juga extrakulikuler yang menyenangkan: Malaikat penolong yang datang saat terdesak; Rejeki muncrat tanpa diharap; Menemukan sahabat sejati; Melihat indahnya cinta diantara himpitan kehidupan; Keajaiban kecil senyummu; Menikmati teh pagi penuh damai,.......... Ketika satu mata kuliah selesai, datang lagi mata kuliah baru, yang sering tidak pernah kita duga sebelumnya. Dan kita semua tidak pernah lulus ataupun mendapat ijasah dari Kampus Kehidupan ini. Selamat kuliah

Thin Slicing, konsep dari buku kuno apik “Blink”, Malcolm Gladwell.

Konsep dari Malcolm gladwell ini menunjukkan bahwa kita mampu menganalisa sesuatu dengan sangat akurat berdasarkan potongan – potongan informasi kecil yang masuk ke otak kita. Misalnya pada seorang CEO yang berpengalaman selama 20 tahun, dengan berbicara selama 15 menit pada manager yang bertugas, dia bisa menilai apakah perusahaan itu berjalan dengan baik atau tidak. Atau pada saat anda memasuki sebuah toko, dalam 10 detik pertama anda sudah bisa menilai bahwa toko ini tidak laku dan terus merugi. Tapi bagi orang yang tidak mengerti, biarpun sudah menganalisa berhari – hari, tetap saja tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi.

Yang terjadi adalah sebuah proses yang disebut thin slicing. Istilah lain bilang "Narrow Window". Seorang yang telah memiliki pengalaman cukup disuatu bidang, pada saat menerima input informasi yang berkaitan dengan bidangnya, walau sedikit, akan segera memilah informasi tersebut menjadi potongan – potongan tipis. Kemudian ia membandingkan potongan – potongan informasi ini untuk dibandingkan dengan database pengalamannya selama bertahun – tahun untuk menghasilkan analisa yang akurat mengenasi keadaan yang dihadapinya. Proses ini berlangsung dengan sangat cepat di dalam otak sehingga orang yang melihat tidak akan mengerti darimana ia memperoleh semua kesimpulan analisa tersebut.

Misalnya seorang pedagang barang antik. Saat melihat sebuah guci, dia akan segera mengenali barang itu merupakan barang asli atau bukan, berasal dari dinasti apa, dan berapa juta harga yang pantas untuk barang tersebut. Tapi bagi orang awam, dijelaskan berkali – kali sekalipun ia tetap tidak mengerti mengapa sebuah guci tua yang kusam dan hampir retak bisa dijual senilai 100 – 200 juta.

Bagi seseorang yang expert di bidangnya, akan mudah baginya untuk melakukan perhitungan – perhitungan berkaitan dengan bidang yang digelutinya tanpa perlu menggunakan computer atau kalkulator lagi. Hal ini bisa dilakuakn karena dia sudah memiliki banyak data tersimpan dalam otaknya dan saat menerima informasi, dia bisa membandingkan potongan – potongan informasi tersebut dengan database dalam otaknya untuk mengasilkan analisa dan perhitungan yang tepat. Tentu bukan analisa yang mendetail, tapi akan cukup untuk mendukung pngambilan keputusan.

Contoh-contoh lain dalam kehidupan kita: Seperti seorang mahasiswa dengan melihat 5 menit saja akan tahu dosen ini akan mengajar dengan enak atau tidak dalam satu semester. Seorang pedagang berpengalaman dua puluh tahun akan bisa menebak kira2 berapa boleh diberikan hutang pada pelanggan baru ini. Seorang manager HRD yang handal akan mampu melihat kebohongan2 halus yang dikatakan calon pegawai baru. Kesalahan bisa terjadi kalau kita justru terlalu konfiden sedangkan yang kita ambil adalah keputusan yang bukan merupakan keahlian kita yang benar2.

Yang perlu diperhatikan adalah bahwa sebetulnya kita memiliki kemampuan untuk menilai dan menganalisa dengan proses thin slicing ini, dan kemampuan ini cukup reliable untuk situasi – situasi mendesak. Tentu saja anda tetap harus melakukan analisa dan kalkulasi yang lebih detail dalam pengambilan keputusan penting. Tapi tidak ada salahnya memperhatikan serpihan intuisi yang muncul dari thin slicing ini meskipun mungkin data yang anda hadapi akan menunjukkan angka yang luar biasa bagus. Data dapat dimanipulasi dan dimainkan, tapi intusi yang terbentuk oleh pengalaman anda sendiri selama bertahun – tahun mungkin akan dapat menyelamatkan anda.

Kerja besar tidak pernah selesai jam 5 sore.

Jarum jam menunjukkan sore jam 4.35, dan sebentar lagi akan pulang. Anda menyelesaikan sedikit pekerjaan terakhir. Mengecek beberapa email, semua sudah terbalas. Perincian beaya bulan ini, sudah selesai. Surat untuk klien diluar kota, selesai print juga. Anda menghela napas lega, selesai sudah hari ini. Jam menunjukkan pukul 5.05, dan anda tersenyum lebar. Waktunya pulang. Selesai hari ini.

Mentalitas kerja kita, adalah menyelesaikan tugas, seperti ketika sekolah dulu, tenggo. Jam teng, kita semburat go, pulang. Istirahat, bobo, dolan. Besok kerja lagi. Kita seperti kebanyakan orang lain, bekerja sesuai tugas saja. Ya ini kerja, pokok selesai, tidak ada masalah, ya sudah. Inilah mentalitas kebanyakan orang, yang menghasilkan pendapatan seperti kebanyakan orang lain, dan menyeret kehidupan dengan berat seperti kebanyakan orang lain pula. Bukannya hal ini salah, hanya hal ini tidak membuat anda menjadi besar saja.

Lihatlah orang hebat disekeliling anda, lihatlah orang besar didunia luar sana, perhatikan prilaku mereka, antusiasme mereka, etos kerja mereka. Apakah mereka sama dengan kebanyakan orang? Teng-go? Bahkan mereka tidak punya teng, tidak punya jam kerja. Karena orang sukses adalah orang yang memaksakan jam nya, bukan orang yang tindakan2nya dibentuk oleh jam kerja, dan tugas.

Menjadi sukses bukan sekedar menyelesai tugas sehari hari anda, bukan sekedar menjawab email, dan melaksanakan perintah dan kewajiban rutin menjawab telpon saja. Karena jaman telah berubah, di pabrik2 itulah pekerjaan yang rutin harus diselesaikan. Tetapi di ekomomi baru ini, kita harus mau melakukan lebih dan berbeda untuk menjadi orang yang hebat. Dan tentu sekedar berteriak “Luar Biasa” tidak membuat kita tumbuh dahsyat.

Nah, sekarang, kalau bukan sekedar mengerjakan tugas dan pulang dan sekedar kerja, dan menerima gajih. Apa yang harus kita lakukan? Kita mulai memasuki arena baru yang sulit: Mencari pertanyaan, dan jawaban yang cocok untuk diri kita sendiri. Apa yang menjadi jalan sukses saya dimasa depan? Mulai dari mana? Kelebihan saya apa yang bisa saya eksploitasi supaya menjadi sukses? Siapa yang saya kenal yang bisa membantu saya? Sebenaranya apa yang benar2 menjadi mimpi saya? Apa yang sekarang harus saya kerjakan? Dan seribu pertanyaan lain, dan kita harus memilih pertanyaan yang tepat dan baik, dan mencari jawabnya.

Kalau anda bisa pada titik ini, belum tentu akan sukses, belum tentu akan jadi dahsyat, tetapi setidaknya sudah berbeda dengan orang2 lain yang sekedar menyelesaikan tugasnya, dan pulang, tidur, besok memulai lagi, menyeret diri, tubuh, dan nasibnya, seperti kebanyakan orang yang tidak punya keinginan apapun dalam menciptakan sukses masa depannya sendiri.

Managing Oneself ~Peter Drucker

Napleon, Da Vinci, Mozard, Steve jobs, Obama, atau siapapun yang hebat, dapat mencapai kesuksesannya karena mampu mengatur dirinya. Managing Oneself adalah tulisan almarhum Peter Drucker di Harvard Business Review March 1999 dan terpilih masuk dalam “10 must-read articles of HBR”, terbitan khusus On-Point HBR magazine. Saya ringkas sebagai berikut:

** What Are My Strength? ** Apa sebenarnya kelebihan saya dibanding orang lain? Peter Drucker berpendapat kita sering sekali salah dalam menganalisa diri kita sendiri. Satu2nya cara yang benar adalah saat kita mengambil keputusan melakukan sesuatu yang besar, kita catat apa harapan hasil dari tindakan itu, dan membandingkannya dengan kejadian yang sebenarnya. Dengan demikian secara berturut turut dalam 2 atau 3 tahun, kita akan benar2 tahu dimana kelebihan kita; kekuatan kita yang sebenarnya. Peter Drucker sendiri mengatakan dia saja sering salah dalam menganalisa dirinya sendiri, dan hanya “feedback analysis” saja yang mampu menjadi bukti yang tepat.

Konsentrasikan diri anda pada kekuatan anda, lebih pertajam kelebihan anda, dan berhati hatilah dalam mengambil keputusan atau tindakan pada keputusan2 dimana anda kurang mampu. Skill set apa yang terbaik yang ada pada diri anda? Kemampuan teknis, persuasi, mengatur anak buah, mempengaruhi orang, negosiasi, networking; cocokkan kemampuan anda dengan hasil yang dicapai ketika anda melakukan hal tersebut.

**How Do I work?** Bagaimana cara saya bekerja yang paling efektip? Anda lebih mudah belajar dari membaca, mendengar, atau mencontoh orang lain melakukan sesuatu? Tiap orang berbeda dalam keadaan lingkungan yang berbeda, kita harus memaksimalkan lingkungan kita menunjang pencapaian terbaik yang cocok dengan cara kerja kita. Ada yang mudah bekerja sendiri, ada yang lebih nyaman bekerja kelompok. Ada yang mejanya kacau dan suka bekerja larut malam, ada yang harus pada jam kerja dan duduk rapi dikantor. Stress membuat sebagian orang berhenti bekerja, sementara orang lain malah lebih tertantang. Setiap orang berbeda.

**What Are My Values?** Nilai2 apa yang saya anut? Etika hanyalah sebagian dari Values. Values adalah hal2 yang saya anggap penting dalam kehidupan kita. Semua orang semua perusahaan menginginkan profit, tapi ada seribu jalan menuju profit, dan bagaimana kita melakukan pekerjaan selalu didasari oleh nilai2 yang kita anggap penting. Peter Drucker pada saat muda berhasil menjadi pialang saham sukses di London, tapi dia tidak menemukan kebahagiaan dalam pekerjaannya, dia tidak ingin menjadi orang terkaya di kuburannya. Maka dengan segala keberanian dia pindah kerja dan memulai dari awal lagi.

Samakah Nilai2 yang anda anut dengan kelompok kerja anda, samakah dengan Nilai2 yang dianut perusahaan anda? Kwalitas, service, pembelajaran tanpa habisnya, bisnis yang sukses, fokus pada klien, design, tepat waktu, produk, teknologi maju, mewah, irit, atau apa yang menjadi nilai2 penting anda; harus ada “pilihan”, tidak bisa mau semuanya. Selaraskan 3-5 value terpenting anda dengan value perusahaan anda, dan itu jadi kunci pilihan tindakan.

**Where do I Belong?** Berdasarkan kekuatan dan kelebihan kita, dan memahami cara kerja terbaik kita, serta dengan menjunjung nilai2 yang kita anut, maka sebenarnya dimanakah seharusnya saya berada? Ketepatan keempat hal diatas akan membuat kita berubah dari pekerja yang biasa menjadi perkerja yang luar biasa. Kebanyakan orang tidak jelas akan hal ini, dan terus mencari yang tercocok untuknya. Selalu pertanyakan kembali hal2 diatas, dan lihat serta sesuaikan dengan tempat kerja yang anda idamkan.

**What can I Contribute?** Apa yang dapat saya sumbangkan? Dijaman dulu, kita diharuskan mengerjakan pekerjaan kasar yang jelas hanya memperdayakan otot kita untuk menyelesaikannya. Tetapi sekarang dengan lebarnya tugas dan luasnya lingkup pekerjaan seorang profesional, maka kita mempunyai “kebebasan” untuk memilih titik fokus2 apa yang akan kita lakukan. Berikan hasil terbesar yang dapat kita berikan kepada perusahaan, masyarakat, atau pun diri kita sendiri.

Rahasia efektivitas kerja adalah pemahaman atas diri kita dan pemahaman atas orang lain yang bekerja bersama kita. Dengan memfokuskan pada kekuatan masing2 maka sukses akan lebih mudah diraih. Tentu, semua itu bukan hanya untuk dijabarkan saja, tapi benar2 dilakukan dalam tindakan2 nyata yang berkelanjutan. Salam Sukses Selalu untuk semua.

Kesempatan sukses anda tidak ditentukan oleh dimana anda kuliah

Secara umum data memang memberikan bukti bahwa mahasiswa jebolan kampus2 terkemuka di Amerika secara rata2 mendapat kerja dan sukses yang lebih baik dari pada yang berkuliah di kampus2 dengan kwalitas atau ranking yang lebih rendah.

Tetapi ada sebuah riset yang menarik dilakukan di Amerika. Dikumpulkan data dari orang2 yang mendaftar dan diterima di kampus2 terbaik Amerika, tetapi karena sesuatu dan lain hal, mahasiswa2 ini tidak jadi masuk ke kampus2 itu, tetapi masuk pada kampus2 dengan ranking jauh lebih rendah.

Data ini dikumpulkan dan dilacak perjalanan kesuksesan mahasiswa2 ini sampai 20 tahun kedepan, ternyata terbukti bahwa mahasiswa2 yang diterima (tetapi tidak masuk) ke universitas terkemuka ini, secara rata2 mempunyai sukses yang sama dengan yang benar2 kuliah di kampus2 terkemuka itu.

Hal ini menimbulkan pemikiran dan pertanyaan apakah benar kampus2 hebat itu mampu mendidik mahasiswa dengan lebih baik, ataukah sebenarnya karena memang yang diterima disana sebenarnya sudah punya kwalitas prima, dan diterima disana kuliah disana, ataupun kuliah ditempat lain yang rankingnya jauh lebih rendah, hasilnya secara kesuksesan, akan sama saja.

Ada pemikiran lain lagi: Kesuksesan kita tidak ditentukan oleh dimana kita kuliah, tetapi tergantung dari diri kita sendiri. Warren Buffet, orang terkaya didunia, wizard dunia investment, ternyata di tolak oleh Harvard. Steven Spielberg, director tersukses dalam dunia perfileman, ditolak oleh UCLA dan USC.

Orang2 sukses juga sering tidak kompromistis, dan menjadi drop out, karena merasa kuliah justru mengganggu perjalanan sukses mereka. Seperti Steve Jobs, Steven Spielberg, Bil Gates, Michael Dell dan sejumlah daftar panjang lainnya.

Sukses sangat tidak tergantung dimana anda kuliah, lulus atau tidak, dapat nilai yang bagaimana. Sukses ditentukan oleh perjalanan setiap individu itu sendiri. Kegigihannya berjuang, kemauan untuk selalu belajar dan menjadi lebih baik, kesempatan yang ada, jam terbang yang cukup, dan kecintaan serta obsesi yang luar biasa pada apa yang dilakukannya.

Choose to choose.



***** Setiap istirahat makan siang, Amir akan membuka kotak makanannya dengan pelahan sambil komplain: "Jangan nasi tahu tempe lagi ya...", ketika terbuka kotaknya, berteriak: "Sialan, Nasi tahu tempe lagi!" Teman kerjanya tidak tahan melihat Amir setiap hari komplain, berkata:" Mir, kalau bosan dengan Nasi tahu tempe, ya bilang sama istrimu, jangan bawakan nasi tahu tempe lagi!" Amir menjawab: " Mas, sejujurnya saya belum menikah, dan tadi pagi yang mengotaki nasi tahu tempe ini ya saya sendiri." *****

Cerita sumir ini menarik, saya sadur dari anekdot di buku nya Tal Ben Shahar, dosen legendaris Harvard University, "Choose The Life You Want". Kita komplain dengan hidup kita, tidak nyaman, tidak enak, pekerjaan kurang menantang, "stuck", tidak ada kemajuan, sama saja pekerjaan yang dilakukan membosankan sekali, dan seterusnya. Sebenarnya yang mengotaki apa yang kita kerjakan ini ya kita sendiri.

Hampir semua hasil kehidupan kita sebenarnya adalah pilihan kita sendiri, dan kita sangat mempunyai hak dan kemampuan untuk memilihnya. Tetapi kebanyakan dari kita hanya mau komplain saja, walau tahu sebenarnya kita bisa berbuat sesuatu untuk mengubah keadaan kita ini. Kita mengeluh dan berkeluh kesah dengan banyak energi, tanpa akan memperbaiki sesuatu apapun.

Kita sering terlalu banyak jalan dengan "autopilot", melakukan tanpa mau memikir lebih dalam, ya seperti yang lalu lah, ya mengalir sajalah, ya ini suratan takdir lah, ya memang begini keadaannya, dan kita tidak mau lebih banyak berupaya untuk membentuk sendiri masa depan kita menuju hidup yang lebih baik. Dengan melakukan tindakan2 perubahan.

Memilih untuk memilih, "choose to choose", adalah sebuah kebulatan tekad, untuk tidak lagi mau menerima semua apa adanya saja, tetapi memilih untuk melakukan sesuatu yang dapat kita pilih untuk menghasilkan hasil kehidupan yang berbeda. Tidak pula menyalahkan dan memakai alasan kambing2 hitam untuk membenarkan keengganan kita melakukan pilihan tindakan.

Ada saatnya kita merasa terperangkap, masuk dalam jepitan kehidupan, coba tanyakan hal2 sulit yang mungkin akan berguna: "Apa yang harus saya lakukan dalam kehidupan saya supaya saya bisa mendapatkan kehidupan yang saya inginkan? Kemana saya akan pergi? Bagaimana saya bisa sampai disana? Apa resikonya? Siaplah saya? Habiskan waktu sehari mencoret2 dan mencatat semua pilihan yang ada. Jangan mau menerima jawaban "Saya tidak punya pilihan", karena memang sebenarnya anda punya hak untuk memilih, dan punya pilihan.