Friday, November 30, 2012

Gelap dan Terang


Seorang nenek mencari kancing bajunya yang hilang, mencari ditepi jalan raya yang terang benderang. Seorang anak muda kebetulan lewat dan membantu mencarikannya. Dibawah lampu jalanan yang terang, mereka mencari dengan seksama dan tidak juga menemukannya.

Akhirnya si anak muda bertanya: “ Nek, tadi waktu hilang, disebelah mana nenek merasa kancing itu hilangnya?” Nenek: “ Di dalam rumah nenek.” A...
nak muda heran dan jengkel: “ Lho, kalau hilang didalam rumah, kok dicari di jalan raya nek?” Jawab nenek pelahan: “ Iya nak, sebab didalam rumah gelap, di jalan raya ini kan terang. Lebih mudah mencari disni daripada didalam.”

*Saya sangat suka dengan cerita sederhana ini dan sudah sering saya posting. Sebuah lelucon yang membuat kita berpikir lebih dalam. Kita mentertawakan nenek itu, tetapi sering kita justru melakukannya sendiri. Baik dalam bisnis ataupun dalam kehidupan sehari hari.

Ketika bisnis memburuk kita selalu memikirkan harga, diskon, dan promosi. Karena itu yang “terang”, dan malas melihat hal2 yang sulit dan gelap seperti “training- SDM, operational supply-chain, inovasi- bisnis, service- excellence, pengamatan- trend, dst.”

Ketika anak kita “menangis dan merengek”, kita memaki, menghukum, atau memberinya uang supaya diam. Kita lupa yang sulit seperti “ pendidikan moral, pemberian contoh talaudan, menemani lebih sering, memahami pemikirannya, dst. Karena kita lebih mudah mencari ditempat terang daripada ditempat gelap. Walau mungkin kitapun sadar sebenarnya kancing itu sebenarnya ada ditempat gelap.

*Tanadi Santoso,
1 Dec 2012

Thursday, November 29, 2012

Hanya Melihat dari Luar

Nasrudin diundang tetangganya untuk acara perjamuan yang meriah sekali, dan ratusan orang hadir disana.

Nasrudin datang dengan pakaian sederhana, tidak ada yang menghiraukan dia, dibiarkan sendirian. Tidak ada satupun yang mengajaknya bercengkerama, dan tidak disuguhkan makanan apapun.

Nasrudin pulang, dan mengganti pakaiannya dengan jubah terbaiknya, topi bertahtakan berlianpun dipakainya, beserta semua perhiasan terbaiknya, dan semua atribut kebesarannya. Dengan gagah diapun kembali ketempat acara.

Di depan dia disambut layaknya seorang raja, diantar langsung pada meja hidang utama. Semua orang menyapanya dengan hangat, semua mata memandangnya dengan kagum. Diberi tempat terbaik, dan disuguhkan makanan yang terbaik pula.

Nasrudin melepaskan jubah kebesarannya, dan memasukkannya kedalam makanan yang berlimpah sambil berkata: “ Ketika aku memakai baju sederhana, kalian tidak menyapaku dan tidak mengajakku makan enak, sekarang semua hidangan terbaik disajikan untukku, sebenarnya hidangan ini adalah untuk jubah dan atribut2ku, maka biarlah mereka saja yang makan.”

*** Cerita lama dari buku pelajaran bahasa Inggris, yang melekat pada otak sejak masih SMA, menarik kalau disimak dengan jernih. Bukan hanya dulu di negeri 1001 malam saja kejadian ini, dijaman ini pun sama saja. Orang menghargai baju kita, atribut kita, jam emas Rolex kita, tas LV asli dan mobil mewah kita. Tanpa perduli sebenarnya kita “apa dan siapa” sebenarnya. Kita mentertawakan Nasrudin dan tetangganya, kita mentertawakan diri kita sendiri juga. Menjadi “kelihatannya” lebih penting dari pada “sebenarnya”.

Baju mahal, pakai Jas, operasi plastik, make up tebal, semuanya telah menjadi bagian kehidupan kita. Tampang lebih penting dari isi. Sampul lebih diperhatikan dari pada isi. Tidak ada yang salah, hanya sebuah pemahaman sederhana akan kehidupan. Kenapa kita harus selalu berjuang untuk orisinal? Untuk murni? Mungkin, kita tidak perlu melawan pendapat umum, tapi memanfaatkan pendapat umum untuk keuntungan kita.

*Tanadi Santoso (Re-Post)

Monday, November 26, 2012

Semangat Katak

Pada suatu hari di sebuah kolam, hiduplah segerombolan katak. Katak – katak ini merasa bosan dengan aktivitasnya yang setiap hari hanya berenang – renang saja di kolam. Maka suatu hari, mereka memutuskan untuk mengadakan perlombaan. Barang siapa yang bisa melompat memanjat pohon yang tumbuh di dekat kolam sampai puncaknya menjadi pemenangnya. Si pemenang akan memperoleh ciuman dari katak betina te


rcantik di kolam itu.

Maka pada hari ayng ditentukan, berkumpullah semua katak muda di kolam itu. Masing – masing merasa yakin akan bisa menjadi pemenang. Wasit dan juri berunding, lalu memilih sebuah pohon tertinggi di dekat kolam tersebut. Para katak muda, baik yang ikut serta dalam perlombaan maupun mereka yang hanya ingin menonton, dengan penuh semangat segera menghampiri pohon yang ditentukan.

Mula – mula perlombaan berlangsung dengan sangat seru. Penonton bersorak – sorak menyemangati katak jagoannya. Namun setelah satu jam berlalu, beberapa katak mulai berjatuhan dari pohon. Para katak yang menonton pun semakin tegang. Dua jam berlalu, makin banyak katak yang berjatuhan dan penonton mulai lelah.

Menjelang tengah hari, karena belum ada pemenang, seorang penonton mulai mengeluh, ”Tidak mungkin tantangan ini bisa diselesaikan! Kita ini katak, keahlian kita berenang, bukan memanjat pohon!” Maka banyak dari para penonton yang mendengar penonton ini dan mulai berkeluh kesah tentang sulitnya perlombaan kali ini. Beberapa peserta lomba menyerah dan berhenti memanjat.

Penonton pun makin gaduh, ”Keterlaluan!! Sampai banyak yang terluka begini. Pohon yang dipilih ini terlalu tinggi!” Beberapa katak muda menoleh mendengar teriakan ini, dan mereka pun terjatuh. Maka penonton dan tim medis katak pun makin ribut, makin banyak pula katak – katak yag menyerah di tengah perlombaan.

Tak disangka, ada seekor katak yang masih terus bertahan. Tanpa menoleh ke belakang, dia terus berusaha untuk naik lebih tinggi dan lebih tinggi lagi. Penonton pun merasa ngeri dan berteriak – teriak, ”Sudah, hentikan saja. Tidak sebanding denga nyawamu. Yang lain sudah menyerah, ti dak usah malu untuk turun!” seru para penonton. Tapi katak yang satu ini seolah tak peduli dan masih terus memanjat ranting demi ranring.

Menjelang sore hari, sampailah si katak ini di puncak pohon dan ia pun keluar sebagai pemenang. Setelah dibantu turun dari pohon, katak – katak lain mengerubunginya. Mereka bertanya, ”Kamu ini kenapa bisa segila itu? Pohonnya tinggi sekali! Kamu bisa saja jatuh. Kami cemas sekali mengingatkan kamu dari bawah!” Si katak Juara tersenyum dan menjawab, ”Maaf, saya ini agak tuli... Saya pikir kalian menyemangati saya!”

*Ketika kita terlalu banyak mendengarkan orang lain, kita menjadi lebih takut dan memikirkan terlalu banyak hal. Ada baiknya juga kadang2 kita menjadi "tuli" dan bekerja semampu kita.

Tanadi Santoso

Sunday, November 25, 2012

Keajaiban


Keajaiban lebih suka bersahabat dengan orang2 yang mau bekerja keras untuk mengejar mimpinya. Orang2 yang tetap mengerjakan hal2 yang tidak disukainya, karena tahu itu adalah bagian dari harga yang harus dibayar untuk mencapai sukses. Kita tidak harus menyukai seluruh bagian dari pekerjaan kita, kita cuma perlu mengerjakannya secara tuntas saja.

Tuesday, November 20, 2012

cerita pendek ini untuk berbagi

Ketika saya ditanya orang: “Pak San, menurut anda, apa yang membuat kita menjadi sukses dalam kehidupan ini?” Bila hanya punya waktu 5 menit, maka saya akan memakai cerita pendek ini untuk berbagi:

Pada suatu saat kelima jari tangan saling bertengkar, mempertengkarkan siapa yang terpenting diantara kelimanya, dan masing2 punya argumennya sendiri2:

Ibu jari: Saya yang terpenting, karena saya yang terbesar, dan saya adalah ibu dari semua jari.

Jari telunjuk: Saya yang terpenting, karena kemanapun saya menunjuk, semua akan mengikuti arah saya.

Jari tengah: Saya yang terpenting, karena kalau tangan kita naikkan keatas, sayalah yang tertinggi.

Jari manis: Oh, tidak, teman2, saya yang terpenting, lihat lah setiap kali ada cincin yang dipakai, saya yang mendapatkannya.

Jari kelingking, karena yang paling kecil, terpaksa terdiam dan berpikir agak lama, akhirnya berkata: Sebenarnya sayalah yang terpenting, karena kalau kalian menyatukan tangan dan mengarahkan tangan sembahyang kearah Tuhan, saya sang kelingkinglah yang terdekat dengan Nya.

Jempol atau ibu jari, melambangan sikap, atau attitude. Kita harus mempunyai semangat tinggi dan sikap positip dalam menjalani kehidupan. Kesuksesan hanyalah kemampuan kita melewati kegagalan demi kegagalan tanpa kehilangan antusiasme kita. Keberanian dan sikap mental pantang menyerah merupakan kekuatan kita untuk menjadi sukses.

Telunjuk melambangkan arah atau direction. Tanpa arah kehidupan, kita akan sulit bergerak maju dengan cepat. Tujuan kehidupan, goals, harus kita tetapkan. Pada suatu titik manapun pada kehidupan kita, kita harus tau apa yang ingin kita capai, bahwa suatu saat akan berubah, itu sah sah saja, yang penting kita tidak boleh bekerja tanpa sebuah arah yang jelas.

Jari tengah melambangkan komunikasi, bagaimana kita membuat network kita menjadi efektip, bagaimana melayani orang, bagaimana memimpin, bagaimana mempersuasi orang lain. Softskill kita menjadi kunci dalam hubungan antar manusia. Dalam dunia yang semakin terhubung ini, kemampuan komunikasi menjadi semakin penting.

Berbuat lebih, dilambangkan dengan jari manis. Sweetness, kemauan untuk melakukan ABCD (Above and Beyond the Call of Duty), berbuat lebih dari yang diharapkan orang lain, akan membuat kita menjadi berbeda dan punya keunggulan komparatip. Menjadi “cukup” sudah tidak lagi memadai, menjadi “lebih” jadi sebuah keharusan untuk sukses.

Jadi kelingking, melambangkan knowledge and skills, kompetensi atau kemampuan kita dalam bekerja. Dalam persaingan yang tajam, kita haruslah mampu bersaing dengan semua pihak. Ilmu dan keahlian kita diadu, kreatifitas kita di uji. Kompetensi tidak dapat digantikan dengan sikap, karena ilmu adalah sebuah keharusan. Stategi yang jitu akan membuat kita menjadi lebih mudah mendaki tangga sukses.

Kelima jari ini menjadi kunci sukses kita: Attitude, Direction, Communication, Sweetness, Knowledge&Skills. Setiap orang haruslah memperbaiki dan mempertajam kelima elemen ini: Sikap kita akan membantu kita lebih positip dalam bertindak; Arah akan membuat kita tahu akan kemana; Komunikasi akan memperlancar hubungan antar sesama kita; Kemauan berbuat lebih akan mempermudah jalan sukses kita; dan Kompetensi akan menjadi poros energi sukses kita. Kelima elemen ini semuanya harus bersatu untuk membuat kita menjadi sukses.

*Banyak orang menganggap ada "rahasia sukses": semangat saja, kuliah S2 saja, pintar saja, koneksi saja, atau apa saja. Tapi sebenarnya dibutuhkan ketepatan kombinasi dari banyak hal untuk mampu menciptakan sukes. Kerja keras, pengalaman, kerja cerdas, kesempatan, dan kemampuan yang tepat. Semuanya merupakan kombinasi yang diperlukan.

*Tanadi Santoso (re-post

Monday, November 19, 2012

Roda Kehidupan Berputar


Sai Wung kehilangan kuda betinanya,
salah satu harta terbesar dikehidupan desa.
Seluruh desa berkata “Alangkah sial nasibmu.”
Sai Wung tidak bersedih.

Seminggu kemudian ternyata kudanya kembali,
dan membawa pulang seekor kuda jantan perkasa.
Seluruh desa berkata “Alangkah mujur nasibmu, kami semua iri.”
Sai Wung tidak pula bersorak sorai.

Sebulan kemudian anak laki satu satunya menunggang sang kuda jantan, terlempar terhampar terjatuh patah kaki, cacatlah seumur hidupnya.

Seluruh desa berkata “Alangkah malang nasibmu, anakmu satu satunya cacat.” Sai Wung tetap tidak meratap.

Dua bulan kemudian, seluruh pemuda desa itu diharuskan masuk tentara, berperang melawan musuh dari utara yang bengis.
Anak Sai Wung karena cacat tidak turut ber perang.

Anak Sai Wung menjadi satu satunya pemuda yang selamat, karena lainnya mati dimedan perang.

Cerita ini menjadi pribahasa “ Sai Wung She Ma, An Che Fei Fuk”, Sai Wung kehilangan kudanya, mungkin itu bukan kesialan.

*Tanadi Santoso (re-post)

*Sebuah kesialan bisa saja menjadi keberuntungan, semua tidak pasti dalam kehidupan ini. Segalanya bisa terjadi. Ketika kita telah melakukan yang terbaik, hasilnya bagaimana, kita terima dengan hati terbuka. Jangan terlalu senang saat beruntung, jangan patah hati saat gagal, roda kehidupan berputar, dan segalanya punya takdir dan keberuntungannya sendiri sendiri. Salam damai.

Menikmati Hidup



Seorang bisnisman yang sukses sedang melepas penat di tepi pantai, sudah 2 hari tidak tidur karena ada pengapalan ikan ke kontainer. Tanpa sengaja, ia melihat seorang nelayan sedang melaut. Baru tengah hari, si nelayan merapatkan kapalnya di dermaga, mengemasi hasilnya, dan pulang menemui keluarga. Melihat hal ini, naluri bisnisnya tergerak.

”Permisi Pak Nelayan,” sapa si Bisnisman. “Boleh saya ngobrol dengan bapak?” tanya bisnisman itu. ”Oh, silakan,” sambut si Nelayan. “Pak, tadi saya lihat bapak berangkat menangkap ikan di laut. Kenapa masih siang begini bapak sudah merapat pulang?” tanya si bisnisman.

Jawab si Nelayan, ”Yah Pak, pokoknya saya sudah membawa hasil yang cukup untuk keluarga saya, saya pulang.”

Bisnisman berkata, ”Wah, kalau saya jadi Bapak. Saya akan terus melaut sampai sore atau malam hari. Jadi saya bisa dapat hasil lebih banyak.”

”Lalu, mau saya apakan hasil yang lebih banyak itu?” tanya si Nelayan.

”Bapak jual saja ke pasar, jadi bapak bisa dapat uang lebih banyak,” jawab si bisnisman.

Nelayan itu mengangguk, lalu bertanya lagi, ”Lalu, uang yang banyak itu mau diapakan?”

”Uang itu bapak tabung saja, sedikit demi sedikit. Nanti, kalau bapak sudah punya cukup uang, bapak bisa beli kapal satu lagi. Lalu bapak bisa mengupah orang untuk menjalankan kapal itu. Jadi bapak bisa menangkap lebih banyak ikan lagi,” jawab si bisnisman.

”Lalu kalau dapat ikan lebih banyak, mau saya apakan lagi?” tanya si nelayan.

”Ya dijual lagi pak... Lalu nanti uangnya ditabung lagi. Kalau sudah punya tabungan cukup banyak, nanti bapak bisa beli kapal lagi.

Lalu bapak bisa lebih banyak menabung. Dalam 15 tahun, bapak bisa punya pabrik pengolahan ikan sendiri, dan bapak bisa jadi orang kaya,” jawab si bisnisman menjelaskan.

”Oh, begitu... Lalu kalau sudah jadi orang kaya, saya bisa apa?” tanya si Nelayan lagi.

”Nanti bapak bisa bersantai senang senang menikmati hidup dengan keluarga bapak,” jawab si bisnisman.

”Nah, anda pikir, apa yang sedang saya lakukan saat ini? Buat apa saya menunggu 15 tahun lagi untuk menikmati hidup bersenang senang dan bersantai dengan keluarga saya?” jawab si Nelayan, ”Sekarang ini saya sudah menikmati hidup bersama keluarga saya.”


*Sebuah cerita classic yang sangat umum, untuk kembali mengingatkan apa yang penting, apa yang tidak, dalam hidup ini. Setiap orang memiliki cara berbeda untuk melakukan perjalanan kehidupannya. Setiap orang mengelolah berkat yang diterimanya dengan caranya sendiri sendiri.


Wednesday, November 7, 2012

Arti sebuah Teman

Ada seorang raja kecil di Tiongkok selatan. Dalam acara kenegaraan akan kedatangan dua jenderal besar dari utara dan barat. Keduanya sama pangkat dan sama tingkatannya, keduanya adalah sahabatnya.
Para protokol bingung mana yang akan ditempatkan disebelah kanan raja, tempat yang lebih terhormat dari sebelah kiri. Karena kepangkatan dan pentingnya sama setingkat.

Protokol menanyakan pada raja yang bijak ini, sebaiknya bagaimana mengaturnya paduka? Raja dengan mudah menentukannya. Protokol heran bagaimana cara sang raja menentukan.

Kata sang raja “Saya tidak memilih, siapaun sama saja. Siapapun disebelah kiri saya akan memahami saya dan tidak akan menyalahkan saya, karena mereka teman saya. Dan bila dia menyalahkanku, ya biarkan, berarti sebenarnya dia dari dulu bukan teman sejatiku.”

Dalam kehidupan, kita sering terlalu berhati hati memutuskan, karena sungkan, khawatir, dan berprasangka terlalu banyak. Sebenarnya semua teman kita akan memahami kita, bahkan sering kita tidak perlu menceritakan apapun pada mereka, mereka akan mengerti. Dan bilamana mereka tidak mau memahami kita, sebenarnya buat apa pula bersahabat dengan dia. Kehilangan dia bukan sebuah kerugian.

Ketika kita akan bertindak, asal tulus, jernih, dan benar, lakukan saja, tidak perlu terlalu banyak menimbang pendapat orang lain.


*Salah satu cerita lama yang saya sukai, karena kita sebenarnya tidak perlu terlalu banyak menjelaskan sesuatu ketika bertindak, karena sahabat kita tidak membutuhkan penjelasan, dan yang bukan sahabat kita kita tidak akan percaya juga walau kita jelaskan